Jumat, 11 November 2011

Mengapa Mahasiswa malas belajar ?

Belajar, merupakan tujuh huruf yang telah dikenal oleh anak-anak sejak duduk dibangku sekolah dasar. Ketujuh huruf itu telah banyak didengung-dengungkan oleh orang tua dan guru/dosen sebagai pintu gerbang menuju kesuksesan hidup. Walaupun pengertian belajar sendiri sebenarnya luas dan tak terbatas, namun dalam perspektif akademik di kampus, lebih banyak diorientasikan pada belajar untuk mempelajari matakuliah-matakuliah yang ditempuh dalam suatu semester.

Fenomena yang sering muncul adalah kegalauan dari dosen dan/atau orang tua tentang enggannya mahasiswa sekarang untuk pegang buku dan belajar secara teratur. Anak-anak sekarang lebih tertarik untuk mengunjungi komputer dalam berbagai tujuan, baik untuk bermain game, update status dalam situs jejaring sosial, posting profil atau gambar dan video, ataupun surfing berbagai informasi. Bahkan dengan semakin majunya teknologi handphone, menyebabkan beberapa operator telphon seluler menyediakan menu-menu internet yang bisa diakses dalam genggaman tangan. Ini yang menyebabkan anak-anak pelajar dan mahasiswa terkungkung dalam pola hidup baru yang sangat berbeda dengan anak-anak zaman dulu. Mereka asyik hidup seperti amphibi, berada di dua "alam", yaitu alam nyata dan alam maya. Maka, jangan heran kalau kesendirian yang biasanya merupakan situasi tidak menyenangkan, dapat dibunuh dengan hadirnya akses internet dibanyak access point. Anak-anak bisa asyik berkomunkasi atau surfing di dunia maya, tanpa harus banyak perduli dengan lingkungan sekitar. Bahkan tidak jarang kita lihat segerombol anak-anak yang berkumpul dalam suatu situasi, tapi masing-masing mansyuk dengan dunianya sendiri-sendiri, masing-masing asyik berkomunikasi dengan seseorang atau group diluar komunitasnya. Sehingga istilah saya, internet itu memang dapat "mendekatkan yang jauh", tetapi juga "menjauhkan yang dekat". Dalam arti kata, mereka berdekatan, tapi justru asyik dengan teman yang nun jauh disana.

Pola interaksi dan komunikasi yang demikian telah menjadi life style anak-anak masa kini. Maka, jauh panggang dari api kalau dosen masih berkutat dengan keinginan untuk dapatnya para mahasiswa mau berkutat dengan buku, membuka catatan atau mengerjakan tugas kampus, walaupun itu sebuah keniscayaan. Untuk itu perlu ada reorientasi dari para pendidik untuk bisa kompromi terhadap gaya hidup anak sekarang. Dalam kata lain, secara pribadi saya menganjurkan para dosen yang membungkus dunia kampus dengan teknologi informasi dan komunikasi yang menjadi bagian integral dari milenium informasi ini. Mengapa tidak kita coba untuk memanfaatkan internet sebagai sarana untuk belajar mereka. Mengapa tidak kita posting semua skenario atau materi belajar dalam format yang accessible dari sisi dunia ICT.

Ada banyak yang bisa dilakukan oleh para dosen, seperti membuat Blog, upload ke youtube, memanfaatkan e-learning, menkreasi group di situs jejaring sosial, video-conference, disamping tetap menjalankan tugas pembelajaran di kelas dengan menggunakan ICT equipment. Mudah-mudahan dengan pendekatan dari perspektif life style mereka, mahasiswa lebih enjoy mendalami materi sebagai bahan enrichment perkuliahan di kampus, tanpa mengkebiri hobby, kebiasaan, gaya hidup atau kesenangan mahasiswa terhadap Teknologi Informasi masa kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar